Pendidikan Islam Dengan Iptek
PENDIDIKAN ISLAM DENGAN IPTEK
Tuntunan agama islam pada khususnya,
sejak awal penyebarannya di dunia ini adalah mengajak dan mendorong umat
manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan
di akhirat secara simultan. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan
akhiratnya tak boleh dipisahkan, melainkan menjadi etos kerja yang terintegrasi
yang satu sama lain saling berkaitan secara kontinu, termasuk etos ilmiah yang
mendorong kearah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etos ilmiah dikalangan masyarakat
dunia Islam pada masa keemasan dari abad VIII Masehi sampai abad XIV Masehi di
kawasan Timur Tengah Afrika Utara dan Spanyol (Islam) di bawah bendera Bani
Umayyah dan Bani Abbasiyah di Timur Tengah di kawasan Irak, benar-benar mampu
mendorong kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu, dan teknologi sehingga peradaban
Islam menampakkan karakteristiknya dalam konfigurasinya yang Islami dalam
rentangnya yang luas.
Begitu pula Allah telah memberikan
kemampuan teknologi kepada Nabi Sulaiman untuk menaklukkan angin, hingga ia
mampu menempuh perjalanan yang melebihi kecepatan. Begitu pula Allah telah
memberikan pengetahuan kepada Sulaiman untuk mencairkan tembaga serta
menaklukkan jin untuk mengerjakan bangunan-bangunan gedung mencakar langit,
membuat patung dan jambangan-jambangan besar serta periuk-periuk besar di atas
tungku-tungku ukuran besar (QS. Saba’:12-13).
Adalah suatu bukti Allah Al-Qur’an
secara nyata memberikan dorongan kepada manusia agar menganalisis dan
mengembangkan ilmu dan teknologi bangunan dari besi dan tembaga, serta
teknologi transportasi yang mampu melaju dengan kecepatan tinggi, yang sekarang
diwujudkan menjadi pesawat terbang supersonic dan pesawat ruang angkasa, dan
sebagainya. Bahkan, Tuhan pun telah menunjukkan, bahwa teknologi mengatur
ekosistem yang serba indah dan nyaman bagi pemukiman manusia, seperti yang
pernah diciptakan oleh Saba’ dalam mengatur
pertamanan di lingkungan pemukuman mereka. (QS. Saba’:15)
Prof. Fazlurrahman dan Prof. Dr.
Maurice menyatakan bahwa, Al-Qur’an memberi dorongan daya cipta umat manusia
dalam berpikir dan menganalisis serta mengembangkan fenomena semesta alam
ciptaan Allah, yang bergerak secara sistematis dan bertujuan menjadikan
benda-benda atau alat-alat teknologis yang tepat guna bagi kesejahteraan hidup
manusia, sejak ilmu dan teknologi pertanian, irigasi, botani, perkebunan,
biokimia, arsitektur, arkeologi, astronomi, fisika, matematika sampai kepada
ilmu dan teknologi ruang angkasa dan kedokteran.
Menurut Prof. Fazlurrahman,
Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Maurice Bucaille salah
seorang dokter bedah Perancis dalam buku karyanya La Bible, La Corant et La
Science, menyimpulkan bahwa kitab suci Al-Qur’an mengajak kepada kita untuk
memperdalam fenomena alam dengan perincian yang menerangkan hal-hal yang secara
pasti cocok dengan sains modern.
Pendidika Islam yang tugas pokoknya
menelaah dan menganalisis serta mengembangkan pemikiran informasi, dan
fakta-fakta kependidikan yang sama sebangun dengan nilai-nilai ajaran Islam
harus mampu mengetengahkan perencanaan program-program dan kegiatan-kegiatan
operasional kependidikan, terutam yang berkaitan dengan pengembangan dan
memenfaatkan Iptek modern dalam bidang kehidupan social dan keagamaan umat.
Strategi pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat
kemajuan Iptek itu mencakup ruang lingkup;
- Motivasi kreativitas anak didik kearah pengembangan Iptek dimana nilai-nilai Islam menjadi sumber acuannya.
- Mendidik keterampilan memenfaatkan produk Iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
- Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan iptek, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas iptek dalam bidang masing-masing.
- Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Perencanaan Program Pendidikan Islam
Dalam merencanakan program ini, kita
perlu mengindentifikasi masalah pokok, yaitu:
1.
Apakah ajaran Islam memberikan ruang lingkup berfikir
kreatif manusia dan sejauh mana ruang lingkup tersebut diberikan kepada
manusia.
2.
Potensi fisiologis apa sajakah yang menjadi sasaran
pendidikan Islam terutama dalam kaitannya dengan kreativitas yang berhubungan
dengan perkembangan iptek.
3.
Bagaimanakah system dan metode pendidikan yang tepat
guna dalam proses kependidikan Islam yang kontekstual dengan iptek tersebut.
4.
Keterampilan-keterampilan apa sajakah yang diperlukan
anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan iptek modern sehingga dapat menyejahterakan
kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam.
5.
Sampai seberapa jauh anak didik diharapkan mampu
mengendalikan dan menangkal dampak-dampak negative dari iptek terhadap
nilai-nilai etika keagamaan Islam dan nilai-nilai moral yang telah dan yang
harus dimapankan dalam kehidupan individualitas dan social.
6.
Sebaliknya, apakah nilai moral dan social keagamaan
mampu memberikan dampak positif terhadap kemajuan iptek modern tersebut.
7.
Kompetensi guru agama apakah yang harus dimiliki
sebagai hasil (produk) lembaga pendidikan professional keguruan yang diandalkan
untuk menghadapi modernitas umat berkat kemajuan iptek tersebut.
8.
Gagasan-gagasan baru apa sajakah yang harus dirumuskan
kembali dalam perencanaan pendidikan jangka panjang dan pendek.
Dalam pengembangan Iptek terdapat dua kepentingan yang bertentangan
antara kaum moralis idealis dan agamis dengan kaum saintis dan teknologi. Satu
pihak memegang teguh nilai moral kemanusiaan, dan pihak lain berpegang pada
kebebasan dari nilai moral dan agama yang berorientasi pada komersialisme dan
keunggulan dominasi atas orang atau bangsa lain dalam artian politik. Pada masa
ini muncul kolonialisme baru yang berdaya melemahkan mental dan kreativitas
bangsa yang sedang berkembang, sehingga mereka bergantung pada keunggulan Iptek
Negara adikuasa. Ukuran atau dimensi nilai baru untuk penguasa yang adikuasa
global terletak pada keunggulan dan kecanggihan iptek secara fisiologis bangsa
yang lemah dalam bidang iptek-nya tetap berada dalam lingkaran hidup
terbelakang yang menjadi sasaran utama penjajahan teknologis Negara adikuasa
(super power).
Dengan demikian, posisi umat Islam
saat ini sekurang-kurangnya harus mampu memilih dan menangkal teknologi dan
ilmu yang berdampak negatife atau positif. Langkah selanjutnya, mentransfer
melalui terobosan-terobosan yang bersifat kreatif, seperti melalui
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang bertugas melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi tepat guna. Juga lembaga-lembaga riset dan pengembangan
di perguruan tinggi didorong menjadi pusat pengembangan Iptek secara aktif dan
efisien dengan menyediakan fasilitas dan dana yang memadai.
Menghadapi Tantangan Dampak-Dampak Iptek
Modern
Dalam sejarah peradapan Islam dapat
kita telaah, bahwa para ilmuwan muslim, para filosof, para ulama, dan
sebagainya, memilki sikap positif terhadap ilmu dan teknologi yang non Islamis,
seperti yang berasal dari Yunani,
Persia, dan
sebagainya, didasari dengan rasa optimisme yang sesuai ajaran Islam. Para ilmuwan dan ulama pada masa itu secara antusias
mentransfer Iptek dari luar yang kemudian mengembangkannya menjadi Iptek yang
Islami. Mereka mampu meng-Islamkan Iptek yang non-Islamis itu berkat kecerdasan
dan daya kreativitas tinggi yang dimotivasi oleh ajaran Al-Qur’an serta daya
selektivitas terhadap jenis-jenis Iptek dari luar, sehingga bentuk-bentuk Iptek
yang membahayakan akidah yang ditinggalkan oleh mereka, seperti dalam bidang
filsafat yang bersifat hedonistic dan epikuristik (yang menekankan kenikmatan
hidup dari nafsu-nafsu rendah) dan tragedi. Karena Islam mengajarkan kehidupan
yang penuh dengan optimisme, rahmat, dan berkat dari Tuhan, bukan mengumbar
nafsu-nafsu rendah dan bersikap pesimisme dan melankolisme, maka mereka
mengembangkan pola pikirnya dalam ilmu kalam yang secara filosofis menganalisis
tentang kehidupan eksatologis dan metafisis dimana Tuhan menjadi penentu yang
final.
Pada akhirnya strategi pendidikan
Islam dalam mengantisipasi kemajuan Iptek modern terletak pada kemampuan
mengonfigurasikan system niali Islami yang akimodatif terhadap aspirasi umat
Islam untuk berpacu dalam kompetisi bidang Iptek modern itu sendiri. Inilah
program minimal pendidikan Islam yang perlu kita rencanakan dan laksanakan saat
ini.
#Semoga bermanfaat..??
Comments
Post a Comment